Oleh Fajar Siddik

Kasih sayang adalah dua kata yang sering dipaketkan untuk menunjukkan ekspresi terhadap orang lain. Dua kata ini merupakan rangkaian kata yang banyak ditemui dalam kehidupan bersosial manusia, pada lapisan masyarakat apapun. Hal itu diperkuat dengan ditemukannya kurang lebih 1.330.000 hasil pada pencarian google, belum lagi kalau ditambahkan hasil pencarian berbahasa lain.

Kasih sayang juga termasuk sesuatu yang cukup abstrak, inmateri dan tak mudah untuk diindikasi. Karena itu, bukan sesuatu yang aneh lagi jika kasih sayang ditunjukkan dengan berbagai bentuk. Semakin dikuatkan dengan munculnya budaya kasih sayang versi barat yang jatuh pada 14 februari, dinamai dengan hari valentine. Bukti lain majemuknya bentuk dari kasih sayang adalah budaya kasih sayang timur yang mengorientasikan kasih sayang tidak terbatas pada waktu dan beberapa objek, bersifat lebih egaliter. Dilihat dari dua budaya ini sudah cukup membuktikan bervariasinya corak kasih sayang dalam dimensi bentuk.

Berbicara tentang valentine, ini berasal dari peringatan martir Santo Valentinus yang ditetapkan Paus Gelasius I pada tahun 496. Menjadi peringatan hari kasih sayang karena Santo Valentinus dipercaya sebagai salah satu dari tiga minimal orang suci (martir) versi Gereja Katolik Roma. Jika dicermati, koneksi antara kisah Santo Valentinus dan hari kasih sayang atau hari raya cinta romantis tidak jelas. Namun sampai sekarang tanggal 14 februari tetap diperingati oleh barat sebagai hari kasih sayang. Dan tingkat seksualitas pada 14 februari di barat sangat tinggi.

Sementara budaya di wilayah seberang, timur, banyak dipengaruhi oleh Islam. Budaya kasih sayang timur yang bersifat egaliter itu merupakan perpanjangan dari maha pengasih dan penyayangnya Allah Swt. yang tak terbatas pada satu atau beberapa manusia, bahkan untuk semua makhluk, disitu kekentalan egaliter tampak jelas. Hingga dari dahulu kala, sekarang, dan mungkin hingga kapanpun kasih sayang dalam budaya timur tidak terbatasi waktu, tempat, dan bentuk.

Sebagai makhluk yang bebas dalam berpikir, manusia barat dan timur tidak terbatasi dalam mencerna dan mengkonsumsi budaya kasih sayang mana yang mau dipakai. Maka belum tentu orang timur tidak memperingati hari valentine dan belum tentu juga semua orang barat merayakan valentine. Jadi, sebagai orang timur, kita juga mesti berhati-hati dalam mengorientasikan kasih sayang!

Berbicara orientasi, untuk orang timur dan terkhusus orang Indonesia dapat disimpulkan telah terjebak disorientasi dalam menunjukkan kasih sayang. Kebanyakan sepasang manusia mengharuskan kasih sayang mentok pada kata pacaran, yang esensi sebenarnya juga belum jelas. Lalu dari pacaran ini menjadi dasar yang kuat bagi mereka untuk melanggengkan kemaksiatan. Bukan sekedar opini, banyak bukti yang menunjukkan kesimpulan itu. Beberapa bukti nyata seperti malam minggu yang dibanjiri muda-mudi berboncengan lebih dekat dari setitik berselieweran di jalanan, menumbalkan tempat sunyi dan gelap sebagai tempat maksiat, motel dan hotel yang dipesan pasangan muda-mudi berkecukupan secara finansial, dan banyak lagi. Itu semua diakui sebagai simbol kasih sayang, gawat, disorientasi kasih sayang akut!

Maka, dipandang perlu untuk menyusun ulang orientasi kasih sayang setiap manusia dan juga jangan sampai disorientasi kembali. Orientasi kasih sayang yang harus disusun ulang mencakup semua objek. Bukan terbatas pada konteks kasih sayang  sepasang manusia, tapi juga kasih sayang kepada semua makhluk. Namun, yang menjadi urgenitas saat ini adalah menysun ulang orientasi kasih sayang sepasang manusia agar tak sampai lagi pada disorientasi. 

Secara umum, praktis dapat dipakai satu dasar untuk menyelesaikan masalah disorientasi kasih sayang, “…dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”, (QS. Ar-Rum [30]:21). Maka seharusnya, untuk orang-orang yang berpikir, tidak ada alasan baginya untuk tidak memberikan kasih sayang kepada setiap makhluk, apalagi utnuk mencederai hak orang lain.

Terkhusus untuk orientasi kasih sayang sepasang manusia, adalah yang paling berat untuk disusun ulang. Orang-orang sudah sangat melanggam dengan disorientasi kasih sayangnya. Maka, untuk setiap sepasang manusia yang berpikir, harus bercermin pada  (Q.S. Al-Hujuraat [49]:13), “Hai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal.” Maka, untuk sepasang manusia orientasikan kasih sayang pada bentuk dan dalam rangka saling mengenal dan dasari ia dengan takwa!

Dan kemudian bagaimana bentuk saling mengenal? Tidak mesti saling mengenal dengan simbol! Setidaknya ada tiga hal yang dapat menjadi cara, pertama kenali bagaimana komitmennya! Apakah komitmennya menjaga hubungan sepasang manusia ini tidak melanggar ketakwaan? Kedua, kenali apakah kondisi pasca percobaan saling mengenal membawa kondisi yang lebih baik? Ketiga, kenali apa motifnya dalam percobaan saling mengenal itu? Untuk jawaban yang tepat, silahkan berpikir wahai manusia yang diberikan kemampuan berpikir!

Posting Komentar

 
Top