Produser : Arie Untung
Sutradara : Anggi Umbara
Penulis : Anggi Umbara, Bounty Umbara, Fajar Umbara
Produksi : FAM Pictures, MVP Pictures
Pemeran :
Agus Kuncoro sebagai pemeran Mim
Cornelio Sunny sebagai pemeran Alif
Abimana Aryasatya sebagai pemeran Lam
Prisia Nasution sebagai pemeran Laras
Tika Bravani sebagai pemeran Gendhis
Cecep Arif Rahman sebagai pemeran guru silat
lainnya: Donny Alamsyah, Piet Pagau, Verdi Solaiman, Bima Azriel, Tanta Ginting
Sinopsis
Film ini bersetting di Jakarta pada masa depan pada tahun 2036 M. Pada saat itu Indonesia menjadi sebuah negara yang liberal, ketika agama tidak lagi menjadi nilai yang diutamakan, kecuali oleh golongan minoritas. Tidak sampai 20 tahun, 232 tempat ibadah ditransform jadi gudang. Hak asasi manusia menjadi segalanya.Pada saat itu pemikiran logis yang berdasar pada science akan lebih diterapkan daripada norma-norma agama.
Alif, Lam dan Mim yang dibesarkan di padepokan Al-Ikhlas merupakan sahabat sejak kecil. Namun ketika mereka dewasa kini berada di tiga pihak yang terpisah. Alif yang lurus dan keras dalam bersikap memilih menjadi aparat negara. Ia bertekad membasmi semua bentuk kejahatan dan mencari para pembunuh kedua orangtuanya. Lam yang sikapnya lebih tenang menjadi seorang jurnalis. Bertujuan untuk menyebarkan kebenaran dan menjadikan dirinya mata dari rakyat. Sementara Mim yang bijak memilih mengabdi menjadi pengajar dan menetap di padepokan. Ketiganya dipertemukan kembali setelah terjadi kekacauan pasca ledakan bom di sebuah cafe. Bukti-bukti dan investigasi mengarah pada keterlibatan Mim beserta anak-anak padepokan. Alif harus menghadapi sahabatnya sendiri dan menghancurkan padepokan yang telah membesarkannya. Lam yang terjepit diantara kedua sahabat berusaha mencari titik temu demi menghindari kehancuran yang lebih parah. Mim memilih menghadapi para aparat dan rela mengorbankan jiwanya tanpa kompromi. Alif, Lam dan Mim dipaksa bertempur satu sama lainnya dalam mempertahankan dan memperjuangkan kebenarannya masing-masing.
Ulasan
Film ini menjadi film yang membawa kita jauh kemasa depan, dimana Masa depan dengan kondisi sosial masyarakat yang sudah meninggalkan agama dan menganggap agama sebagai ideologi yang kuno. cukup tidak disangka dalam film ini menyajikan pertunjukan action yang dramatis membawa kita serasa ikut dalam pertarungannya yang hal itu diolah melalui adanya efek-efek serta slowmotion dalam adegan pertarungan yang menonjolkan salah satu silat yang ada di Indonesia.
Masing masing pemeran utama yang berperan sebagai Alif-Lam-Mim mampu menonjolkan karakter serta Idealisme mereka dengan cara yang berbeda dengan tetap berada pada subtansi dari memperjuangkan kebenaran.
Latar belakang sosial difilm ini juga sebagai gambaran bahwa apa yang terjadi didalam sosial terhadap isu-isu agama saat ini adalah sebuah pengkondisian yang bertujuan untuk dimasadepan nanti seluruh masyarakat tidak lagi percaya terhadap suatu kepercayaan termasuk terhadap agama-agama. yang tampak menonjol difilm ini adalah agama Islam, sebab saat dalam film ini diantara agama-agama yang ada Islam salahsatu agama yang masih lestarai sebagai umat beragama yang tinggal minoritas. Siapkah kita hidup dalam sosial tanpa beragama? Akankan sosial ini akan lebih baik tanpa Islam?.
Selain hal-hal yang saya ulas diatas, masih banyak nilai-nilai kebenaran lainnya yang disampaikan kepada orang yang menontonnya, yang selama ini seharusnya dapat kita teguhkan dan praktekkan dalam sosial bermasyarakat, namun sering terabaikan karna menganggapnya sebagai hal yang tidak penting. Sebelum menonton film ini pertanyaan lainnya yang perlu saya ajukan adalah, siapkah anda untuk tidak dapat membedakan yang mana yang benar?
Film ini sangat perlu untuk ditonton oleh masyarakat Indonesia, sebagai warganegara yang negaranya berazaskan Panca Sila, yang selalu senantiasa ramah dan berkasih sayang.
Posting Komentar