Oleh Fajar Siddik

Produktifitas tidak terbatas pada dimensi materi. Dimensi ide dapat juga dikatakan sebagai hal yang produktif. Namun, produktifitas itu akan menjadi utuh ketika dimensi ide  ditransformasikan  menjadi dimensi materi dan lebih baik lagi jika didalangi oleh tingkat moralitas yang baik. 

Produktifitas menjadi hal yang sangat kritis untuk manusia-manusia yang terjebak dalam ketidakstabilan mental. Mental yang tidak stabil ini kemudia sering disebut beberapa manusia sebagai mood. Kemudian, hal tersebut akan menimbulkan akibat-akibat, dan manusia-manusia itu menyebutnya dengan “pelampiasan”. Sejatinya, pelampiasan ini dipengaruhi oleh kausalitas (perihal sebab-akibat). Namun tidak adil jika segera memberikan stigma buruk terhadap “pelampiasan”. Bukan tanpa alasan, akan terkupas hal tersebut seiring tulisan ini menari.

Produktifitas dan “pelampiasan” adalah hal klasik dalam setiap dinamika kehidupan manusia. Maka dari itu, tulisan ini diharapkan menjadi salah satu representatif dari masalah sosial yang ada pada manusia.  Ketika pendekatan berpikir semakin baik dalam menghadapi masalah ini, maka tidak ada lagi alasan untuk menumbalkan kebaikan bersama karena suatu kondisi dimana mental sedang tidak stabil atau sering disebut sebagai “bad mood” menguasai sisi mental manusia. Bahkan pada akhirnya, situasi kegamangan mental ini akan mampu menampilkan produktifitas yang justru bermanfaat untuk manusia lain disekitarnya.

Ada fenomena yang terbias dari krisis produktifitas, kemudian fenomena ini mengambil aksi “pelampiasan”. Dalam sisi ini, produktifitas dan “pelampiasan” terbahas secara utuh atau tak terpisah. Aksi yang utuh ini akan menimbulkan berbagai hal, bahkan tidak jarang menimbulkan masalah.

Ada juga pembahasan yang parsial dari kedua hal tersebut. Misalnya, kebutuhan manusia akan prduktifitas dan “pelampiasan” yang terjadi akibat mood.  Dalam pembahasan yang parsial ini, produktifitas menjadi masalah ketika manusia-manusia cenderung memiliki mental pembudak. Sedangkan dalam “pelampiasan”, menjadi masalah ketika manusia mengalami prakondisi dan kondisi mental (baca: perasaan) yang tidak stabil. Jadi jelas perbedaan kedua hal tersebut  dalam pembahasan yang utuh maupun parsial.


Setiap manusia yang waras pasti memiliki keinginan untuk selalu berpikir dan bertindak positif. Namun, kualitas berpikir manusia tidak sama. Hal ini yang menjadikan setiap manusia mengambil tindakan yang berbeda dalam menghadapi kondisi  mental yang sedang “bad mood”. Bukan hal yang mustahil jika setiap manusia mengupayakan tindakan positif dalam mengahadapi situasi “bad mood”.

Untuk beberapa realita, kebanyakan manusia tidak bijak dalam menghadapi kondisi mental ini. Tindakan menyalahkan keadaan dan manusia lain adalah hal yang sering terjadi. Akibatnya, akan tejadi kecenderungan perubahan perilaku dalam berinteraksi, dari yang sebelumnya baik menjadi tidak baik. Jika terus dilanggamkan, maka konsekuensi terburuknya adalah putusnya silahturrahmi. Maka dari itu, produktifitas menjadi salah satu upaya yang dapat dimaksimalkan untuk melawan pelampiasan buruk yang diakibatkan “bad mood”.

Sudah saatnya mengubah paradigma dan interpretasi dalam mengambil tindakan ketika manusia mengalami “bad mood (kegamangan mental). Salah satu yang dapat ditawarkan adalah produktifitas sebagaimana yang telah dikatakatn di atas.  Seberat apapun masalah yang menerpa mental manusia, manusia lain bukanlah tempat yang tepat sebagai pelampiasan buruk.


Produktifitas tidak terbatas pada suatu bentuk yang berdimensi materi. Memperbaiki mental pribadi yang kemudian melahirkan sikap dan etika yang baik pada manusia lain juga merupakan produktifitas. Namun, lebih baik lagi jika produktifitas tersebut dituangkan dalam bentuk yang nyata yang dapat dinikmati dan bermanfaat untuk banyak manusia.

Pada akhirnya, pribadi manusia itu berpengaruh penting dalam memutuskan apa yang akan dilakukannya. Seberapa besarpun pengaruh faktor eksternal yang mengakibatkan adanya suatu masalah, faktor  internal jauh lebih berpengaruh, begitu juga dengan penyelesaiannya masalah tersebut. Manusia adalah makhluk sosial yang mengusung berkehidupan sosial yang baik, jadi jangan pernah keruhkan kehidupan sosial walaupun masalah dan kondisi yang ada sangat tidak menguntungkan.

Posting Komentar

 
Top