Produktifitas
tidak terbatas pada dimensi materi. Dimensi ide dapat juga dikatakan sebagai
hal yang produktif. Namun, produktifitas itu akan menjadi utuh ketika dimensi
ide ditransformasikan menjadi dimensi materi dan lebih baik lagi
jika didalangi oleh tingkat moralitas yang baik.
Produktifitas
menjadi hal yang sangat kritis untuk manusia-manusia yang terjebak dalam
ketidakstabilan mental. Mental yang tidak stabil ini kemudia sering disebut
beberapa manusia sebagai mood.
Kemudian, hal tersebut akan menimbulkan akibat-akibat, dan manusia-manusia itu
menyebutnya dengan “pelampiasan”. Sejatinya, pelampiasan ini dipengaruhi oleh
kausalitas (perihal sebab-akibat). Namun tidak adil jika segera memberikan
stigma buruk terhadap “pelampiasan”. Bukan tanpa alasan, akan terkupas hal
tersebut seiring tulisan ini menari.
Produktifitas
dan “pelampiasan” adalah hal klasik dalam setiap dinamika kehidupan manusia.
Maka dari itu, tulisan ini diharapkan menjadi salah satu representatif dari
masalah sosial yang ada pada manusia. Ketika
pendekatan berpikir semakin baik dalam menghadapi masalah ini, maka tidak ada
lagi alasan untuk menumbalkan kebaikan bersama karena suatu kondisi dimana
mental sedang tidak stabil atau sering disebut sebagai “bad mood” menguasai sisi mental manusia. Bahkan pada akhirnya, situasi
kegamangan mental ini akan mampu menampilkan produktifitas yang justru bermanfaat
untuk manusia lain disekitarnya.
Ada fenomena
yang terbias dari krisis produktifitas, kemudian fenomena ini mengambil aksi “pelampiasan”.
Dalam sisi ini, produktifitas dan “pelampiasan” terbahas secara utuh atau tak
terpisah. Aksi yang utuh ini akan menimbulkan berbagai hal, bahkan tidak jarang
menimbulkan masalah.
Ada juga
pembahasan yang parsial dari kedua hal tersebut. Misalnya, kebutuhan manusia
akan prduktifitas dan “pelampiasan” yang terjadi akibat mood. Dalam pembahasan yang
parsial ini, produktifitas menjadi masalah ketika manusia-manusia cenderung
memiliki mental pembudak. Sedangkan dalam “pelampiasan”, menjadi masalah ketika
manusia mengalami prakondisi dan kondisi mental (baca: perasaan) yang tidak
stabil. Jadi jelas perbedaan kedua hal tersebut dalam pembahasan yang utuh maupun parsial.
Setiap manusia yang waras pasti memiliki keinginan untuk selalu berpikir dan bertindak positif. Namun, kualitas berpikir manusia tidak sama. Hal ini yang menjadikan setiap manusia mengambil tindakan yang berbeda dalam menghadapi kondisi mental yang sedang “bad mood”. Bukan hal yang mustahil jika setiap manusia mengupayakan tindakan positif dalam mengahadapi situasi “bad mood”.
Untuk beberapa
realita, kebanyakan manusia tidak bijak dalam menghadapi kondisi mental ini.
Tindakan menyalahkan keadaan dan manusia lain adalah hal yang sering terjadi.
Akibatnya, akan tejadi kecenderungan perubahan perilaku dalam berinteraksi,
dari yang sebelumnya baik menjadi tidak baik. Jika terus dilanggamkan, maka
konsekuensi terburuknya adalah putusnya silahturrahmi. Maka dari itu,
produktifitas menjadi salah satu upaya yang dapat dimaksimalkan untuk melawan
pelampiasan buruk yang diakibatkan “bad
mood”.
Sudah saatnya
mengubah paradigma dan interpretasi dalam mengambil tindakan ketika manusia
mengalami “bad mood (kegamangan
mental)”. Salah satu yang dapat
ditawarkan adalah produktifitas sebagaimana yang telah dikatakatn di atas. Seberat apapun masalah yang menerpa mental
manusia, manusia lain bukanlah tempat yang tepat sebagai pelampiasan buruk.
Produktifitas tidak terbatas pada suatu bentuk yang berdimensi materi. Memperbaiki mental pribadi yang kemudian melahirkan sikap dan etika yang baik pada manusia lain juga merupakan produktifitas. Namun, lebih baik lagi jika produktifitas tersebut dituangkan dalam bentuk yang nyata yang dapat dinikmati dan bermanfaat untuk banyak manusia.
Pada akhirnya, pribadi manusia itu berpengaruh
penting dalam memutuskan apa yang akan dilakukannya. Seberapa besarpun pengaruh
faktor eksternal yang mengakibatkan adanya suatu masalah, faktor internal jauh lebih berpengaruh, begitu juga
dengan penyelesaiannya masalah tersebut. Manusia adalah makhluk sosial yang
mengusung berkehidupan sosial yang baik, jadi jangan pernah keruhkan kehidupan
sosial walaupun masalah dan kondisi yang ada sangat tidak menguntungkan.
Posting Komentar