Oleh Krisna Savindo

Mungkin masih banyak diantara kita yang menerima langsung fakta bahwa bumi itu bulat, tahu kah kita bahwa orang yang menemukan fakta Bumi itu bulat dihukum mati karena penemuannya tersebut?

bintangastronesia.blogspot.com

Mencari tahu tentang Bumi yang bulat, maka kita akan kembali pada masa abad ke-6 SM pada filsafat Yunani kuno dan filsafat India. Salah satu perbedaan umum di kalangan masyarakat adalah saat orang zaman dahulu belum mengetahui kalau Bumi itu Bulat. Perihal ini sebagian dapat dikatakan benar. Masalah ini bermula dari para pemikir mulai dari India kuno, Yunani, Eropa dan Arab di zaman pertengahan menjelang Renaissanse. Menariknya zaman dulunya di Cina dulu tidak beranggapan bahwa Bumi itu berbentuk persegi dan langit berbentuk bulat.

Paradigma tentang Bumi itu bulat di Yunani telah dimulai pada abad ke-6 sebelum masehi oleh Ptagoras. Pemhaman seblum dinytakan oleh pitagoras di Yunani masih menganggap bumi itu datar. Sedangkan Aristoteles telah memiliki banyak bukti yang empiris untuk menunjukkan bahwa Bumi itu bulat. Semenjak itu tersebar kepada banyak intelektual Yunani mengenai Bumi itu bulat.

Banyak teori yang menjelaskan tentang mengapa Bumi itu bulat, seperti teori Bigbang, teori Bintang Kembar, teori Nebula dan lainnya. Teori-teori tersebut mampu memperkirakan terbentuknya Bumi sejak 4.6 milyar tahun yang lalu. Teori-teori tersebut juga menjelaskan bahwa Bumi terbentuk akibat memadatnya gas-gas, dan kemudian terbentuklah benda-benda angkasa yang diantaranya Bumi.

Menentukan dengan alat modern Bumi memang berbentuk bulat lebih tepatnya elips, namun tidak sempurna seperti yang kita lihat melalui berbagai macam media. Selain pengamatan ketinggian bintang yang berfariasi  di berbagai tempat di Bumi, Pitagoras juga melakukan pengamatan bagaimana kapal dapat lenyap saat ia pergi dari pelabuhan. Kapal yang datang ke pelabuhan pertama kali akan terlihat bagian ujung atas kapal terlebih dahulu, kemudian akan tampak layanrnya dan secara perlahan akan tampak pula badan kapal. Aristoteles menambahkan bukti melalui bayangan Bumi yang terlihat di bulan saat terjadinya gerhana matahari. Sedangkan Erastothenes pada abad ke-3 SM memberikan bukti tambhan melalui pengalaman saat bekerja di Mesir, fakta yang ia temukan bahwa sinar Matahari memberikan banyangan yang berbeda pada dua kota yang berbeda pada saat yang sama.

Di kota Syene ia melihat sinar matahari tegak lurus pada jam X. Tapi di kota Iskandariah ia melihat sinar matahari tidak tegak lurus, padahal jamnya sama. Bukan hanya jamnya yang sama, tapi tanggalnya juga sama, walaupun terpisah satu tahun lamanya. Ia menyuruh orang mengukur jarak antara kedua kota tersebut dan kemudian dengan bayangan kalau bumi itu bulat, ia mengukur sudutnya dan memperkirakan diameter dan keliling bumi dengan rumus bola. Ia menghitung kalau Bumi berbentuk bulat dengan keliling 40 ribu kilometer. Nilai yang nyaris tepat dan sesuai dengan ukuran bumi berdasarkan perhitungan modern, yaitu 40075.16 km untuk keliling di khatulistiwa.

Sebenarnya bumi bukanlah bulat seperti yang sering kita sebut, melainkan berbentuk elips. Dari luar bumi akan terlihat bulat, namun tidak dengan permuakaan bumi. Permukaan daratan bumi ada yang tinggi dan ada yang datar bahkan ada yang berada di bawah permukaan laut. Dataratan tersebut terbentuk dari gunung-gunung, bukit-bukit, lembah-lembah dan lain-lain. Sementara itu dataran bawah laut juga sama dengan dataran permukaan bumi. Banyak terbentuk gunung-gunung dan palung-palung. Namun semua itu tertutup oleh permukaan air.

Coba kita bayangkan, bagaimana jika bumi berbentuk kotak atau prisma atau tabung. Mungkin kita akan bingung jika ingin memutarinya. Suatu saat jika seandainya kita berjalan tiba-tiba saja kita akan berhenti di salah satu ujung sudut. Mungkin disana kita akan merasakan gravitasi yang berbeda. Bayangkan kita akan berdiri di salah satu ujung yang lancip.

Bentuk bulat dari permukaan bumi itu disebabkan karena adanya gaya gravitasi di pusat bumi. Gravitasi itu memanipulasi bentuk bumi agar jarak antara permukan bumi dengan pusat gravitasi sama (jari-jari sama panjang). Akibatnya bumi akan berbentuk bulat. Seandainya suatu saat bumi akan terkikis atau separuh bagian bumi hancur sehingga bumi berbentuk acak, maka suatu saat bumi kembali bulat akibat gaya gravitasinya.

Jadi untuk membuktikan Bumi itu bulat, kita tidak harus keluar angkasa untuk memotret Bumi, atau mengitari Bumi. Semoga setelah membaca ini kamu tidak puas, dan mencoba mecari tahu lebih banyak lagi.

Posting Komentar

 
Top