Oleh Krisna Savindo

Cukup terlambat untuk menuliskan tentang kenaikan BBM yang baru saja berjalan tanggal 5 Januari 2017. Saat awal mendengar berita kenaikan ini saya tidak begitu tertarik untuk memberi pandangan, sebab saya mendengar beritanya setelah diberlakukannya kenaikan harga.

Keinginan menuliskan tentang kenaikan BBM tanggl 5 Januari 2017 muncul saat saya menggunakan angkutan umum yang harga biasanya Rp 25000 dan Rp 3000, menjadi Rp 30000 dan Rp 4000, sempat kesal saat itu karena diminta tambahan oleh supir angkutan umum tersebut setelah saya membayar sesuai harga biasanya. Sewaktu berjalan meninggalkan angkutan, saya langsung menyadari bahwa harga BBM telah naik sejak tanggal 5 Januari 2017 kemaren, tentulah muncul rasa bersalah akibat kekesalan tadi.

Memikirkan kejadian tersebut, perlu kita sadari betapa besarnya dampak yang dimunculkan oleh kenaikan BBM. Kenaikan harga BBM masih dalam hitungan ratusan rupiah, namun dampaknya sangat besar, perubahan yang terjadi terhadap harga angkutan umum non pemerintah disikapi dengan menaikan harga sampai pada hitungan ribuan rupiah.

Ketika hal ini kita hubungkan dengan bahan pokok dan barang-barang kebutuhan lainnya, maka yang menyebabkan kenaikan harga adalah naiknya ongkos pendistribusian barang. Dampaknya tentu dapat dirasakan masyarakat. Dampak itu semua semakin tidak menentu dengan mendadaknya kenaikan harga BBM.

Segala sektor jenis usaha untuk menghindari usahanya mengalami kerugian, akan terburu-buru ikut menaikkan harga-harga barangnya, kondisi mendadak tersebut mengakibatkan dalam penetapan harga juga tidak terlalu memperhitungkannya secara rinci, dengan kata lain harga tersebut akan dinaikkan dengan hitungan kasar, sementara kenaikan tersebut sangat tinggi selisihnya dengan kenaikan BBM.

Lata terhadap kenaikan BBM yang mendadak ini memberikan efek yang tak menentu terhadapa daya jual, dimana dampaknya akan kita rasakan kepada daya beli masyarakat. Seharusnya pemerintah yang juga punya alasan menaikkan harga BBM karena kenaikan harga minyak dunia perlu mempertimbangkan kembali keputusan tentang membebaskan harga minyak dunia kepada pasar. Perlunya mengkaji kembali, atau mengubah kebijakan tersebut untuk tidak melakukan kenaikan harga BMM dengan mendadak kedepannya.

Harus kita ingat bahwa sangat sulit terjadi penurunan harga BBM, atau juga harga-harga barang setalah harga BBM naik. Maka dari itu pemerintah seharusnya lebih memikirkan masyarakat setiap menaikkan harga BBM, sehingga masyarakat tidak menjadi pihak yang dibebankan.

Menghindari latah yang muncul dari masyarakat terhadap kenaikan harga BBM, pemerintah harus mencabut atau meninjau kembali keputusan tentang mencabut subsidi dan membebaskan harga sesuai harga BBM dunia. Walau sangat sulit meminta  pemerintah untuk meninjau kembali permasalahan tentang harga BBM ini, harapan itu tetap akan masih ada jika masyarakat langsung yang mendesaknya, jika untuk saat ini masyarakat enggan untuk menuntut langsuang, maka yang memiliki tanggungjawab tersebut adalah para pemuda, oleh sebab itu mahasiswa sebagai bagian dari pemuda harus berani menyurakan hal hal yang menjadi bagian suara masyarakat.

Saya fikir untuk bergerak menyuarakan saat ini tidak lah menjadi sesuatu yang terlambat, sebab munculnya informasi kenaikan pada saat itu berada pada waktu yang sudah dekat dengan kebijakan tersebut harus dijalankan. Seharusnya mahasiswa tidak menunggu lama lagi untuk bergerak bersama menyuarakan suara masyarakat, sebab mahasiswalah satu-satunya harapan masyarakat saat ini. 

Posting Komentar

 
Top