Oleh Averroes F Piliang

Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini memberi keluasan pada manusia untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Salah satunya adalah rekayasa genetika yang membantu manusia dalam setiap persoalan. Ketakutan yang muncul adalah meningkatnya populasi manusia yang tidak seimbang dengan persediaan bahan makanan. Apakah rekayasa genetika merupakan solusinya?

Akhir tahun 2014, Amerika Serikat melalui departemen pertanian mengesahkan penggunaan buah apel hasil rekayasa genetis untuk dipasarkan. Arctic Granny dan Arctic Golden adalah buah apel pertama yang berhasil direkayasa secara genetis. Dengan adanya kebutuhan manusia terhadap persediaan bahan makanan, maka perkembangan dan penyebaran jenis apel hasil rekayasa genetik akan meningkat dengan cepat dan bahkan tak terbantahkan. Walaupun hal tersebut tak dapat dipungkiri, namun, manusia sendiri masih terus melakukan uji coba yang menunjukkan apakah jenis apel ini sudah dapat dikonsumsi.

Munculnya apel jenis rekayasa genetik ini mengakibatkan efek domino yang telah terjadi akhir-akhir ini. Diawali dengan dicetuskannya untuk merusuhi dan merusak ladang Oregon, Britania Raya, Australia dan Filipina secara sengaja. Hal itu disebabkan akan mempengaruhi penghasilan para petani umumnya. Bayangkan saja, apabila telah dipasarkan secara mendunia, maka apel hasil rekayasa genetis akan selalu dibeli dikarenakan keunggulannya berupa tidak akan membusuk. Hal lain berupa adanya sebuah isu yang mengatakan bahwa, “dengan adanya apel jenis ini, manusia sebagai konsumen juga sama halnya dengan kelinci percobaan karena kita tidak mengerti sama sekali efek dari mengkonsumsi apel ini”

Menariknya adalah jika dipandang dari segi ilmu pengetahuan, sejauh ini tidak ada yang menjadi persoalan. Sesungguhnya Apel hasil rekayasa genetik memiliki karakteristik berupa tahan terhadap pembusukan disebabkan para pakar bidang biologi mengambil kode genetik dari varietas apel Granny Smith dan Golden Delicious, merekayasanya dengan cara mengambil enzim yang menyebabkan pembusukan kemudian disuntikkan ke dalam selembar daun. Hal yang sedernahana in justru lebih baik dibandingkan metode tradisional, yaitu perkawinan silang melalui penyerbukan manusia (tangan) dengan harapan menghasilkan varietas baru. 

Di lain hal, pakar biologi juga memperkenalkan sebuah gen yang mampu membuat tanaman apel tahan terhadap hama dan bahan kimia yang selama ini menjadi problematika para petani agar tanaman menghasilkan panen yang berkualitas dengan kuantitas tinggi. Justru, hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya kontaminasi karena petani menggunakan bahan kimia untuk mencapainya. Suatu kegiatan yang beresiko tinggi dan telah dilakukan selama beberapa dekade terakhir. Lantas, mengapa ditakuti oleh manusia apel hasil rekayasa genetik ini?

Next
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

Posting Komentar

 
Top