Oleh Krisna Savindo
"Kalau bukan karena mempertimbangkan suatu hal saja, sudah banyak yang bisa terjadi" (sebuah perumpamaan) dengan bermacam kasus.
Entahlah, tidak tahu pemikiran seperti apa yang dapat ditinjau dari sudut pandang apapun untuk hal seperti ini..!

Jika saya mengambil hikayat dari film Divergent dan sekuelnya, Memang sudah layak dan perlu ada generasi yang harus di karantina untuk kembali berjalan menjadi manusia dengan fitrahnya dalam tatanan baru, sehingga terbentuk kepribadian dan karakter yang fundamental, dibiarkan berkembang baik dalam wilayah yang dikarantina, sampai pada akhirnya ada sekumpulan yang murni, yang stabil mampu berdiskusi dengan fitrah dirinya sebagai makhluk Allah dan mampu konsisten dalam berfikir positif.

Begitu juga dengan negara ini, yang memimpin membuat saya bingung. Kalau tampangnya yang lugu, tampak seperti susah melihat susahnya orang yang dipimpinnya. Sementara itu tindakan yang diambilnya tidak membawa dan memberi manfaat pada kemaslahatan. Saya hanya bisa sebatas mengambil asumsi, pemimpin pada saat ini ingin membuat negara serta masyarakatnya baik, hanya saja yang terjadi dari hasil cara yang diusahakannya tidak baik. Berdasarkan asumsi itu mungkin saja pemimpin negeri saat ini memang kebingungan dengan apa yang harus ia lakukan.

Kemudian, mungkin saja selama ini hanyalah sebuah drama, yang dalam realita dan maksudnya hanya ingin membuat dirinya serta orang tertentu yang diinginkannya saja yang dapat merasakan kenikmatan dari kekuasaan yang ia miliki, asumsinya Pemimpin saat ini sangat cerdik dan pandai, sehingga hal tersebut di manfaatkan untuk pribadinya serta orang-orang yang sudah terorganisir membantu dalam kepemimpinan.

Semua yang saya sampaikan tersebut hanyalah sebuah asusmsi, belum dapat dipastikan kebenarannya, walaupun seperti itu, siapa saja bisa menyimpulkan sendiri kebenarannya dengan memperhatikan yang terjadi dan dilihat.

Harapan yang sangat besar yang ingin disampaikan melalui tulisan ini, bagi siapa saja yang mengerti dan sadar serta berani untuk objektif harus memilih, bukan memaklumi yang dapat menjebak diri sendiri pada subjektifnya hatinurani, karena seharusnya hatinurani yang paling jujur untuk melahirkan penilaian objektif.

Memilih yang dimaksud, sama seperti memilih pemimpin negeri ini, dengan memperhatikan visi misi, rencana program sampai janji-janjinya, sehingga dengan faktor tersebut banyak yang memilihnya, sehingga menjadi bukti bahwa yang dipilih dan didukung layak untuk menjadi pemimpin. Setelah memperhatikan kerja serta pembuktian kenyataan pada saat ini tentu juga dapat dinilai, sejauh mana faktor yang mempengaruhi dukungan tersebut dapat menjadi indikator evaluasi. Pada kenyataannya dalam waktu singkat sudah banyak yang bertentangan dengan janji. Perlu untuk semua perhatikan tindakan yang terkadang bertentangan dengan janji, bukan perihal tentang sudah atau belum dilaksanakannya janji-janji tersebut. Saat ini dalam evaluasi yang jujur sudah seharusnya yang memilih harus bertanggung jawab atas dukungannya. Mereka harus berada pada garda terdepan dalam mengkritisi serta meminta pertanggung jawaban dan mengajak satu sama lainnya untuk ikut dalam menyuarakan kritik dan tuntutan tersebut.

Namun apa yang terjadi? sadar atau tidak saat ini publik dikontrol, perhatikanlah Media saat ini!
Masyarakat digiring dengan pemberitaan batu akik, kemudian terjadi Pro dan Kontra hal ikhwal hukuman mati Pengedar serta ada juga remisi untuk para tahanan korupsi. namun saat ini masyarakat digiring dengan pemberitaan Begal, tetiba juga kembali heboh berita tentang ISIS, ada juga tuduhan WNI yang hilang diduga ikut ISIS yang hal tersebut juga ternyata bohong, ada lagi anggota ISIS orang Indonesia yang ditangkap, ketika kita ingin memperhatikan diri serta karakter sendri, malah membuat ragu bahwa ada orang Indonesia yang mau bergabung dengan ISIS.

Mengarah kepada Demokrasi Kebebasan Pers, saya berpendapat tidak ada yang salah perihal kebebasan, hanya saja kebablasan sampai menggadaikan ideologi serta melacur dengan profesi yang sangat disayangkan. Mudah-mudahan mereka yang dulu memberi kebebasan, kembali memberikan nasehat, serta kembali mengingatkan atas maksud dari diberikannya kebebasan. Apa bila pesan tersebut tidak memberikan pengaruh, dapatlah kita menggunakan demokrasi sesungguhnya kembali bena-benar harus bermusyawarah dengan cara pandang yang berempati kepada generasi dan masadepan mereka.

Mari kita jujur pada diri sendiri
dan memulai dengan keinginan yang baik
dengan cara yang baik

Posting Komentar

  1. ;( bang cemana buat pilihan article ? gayak abang buat itu pengetahuan, agama dan lain lain

    BalasHapus

 
Top